Jakarta, CNBC Indonesia – Peperangan antara kelompok pejuang Palestina, Hamas, dengan Israel masih terus terjadi. Eskalasi semakin tajam setelah Israel melontarkan serangan balasan yang bertubi-tubi ke wilayah Gaza.
Berikut perkembangan terbarunya sebagaimana dikumpulkan CNBC Indonesia dari berbagai sumber, Kamis (21/12/2023):
1. AS buka suara.
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Anthony Blinken menekankan pentingnya meminimalkan kerugian sipil dan memaksimalkan bantuan kemanusiaan. Ini terjadi setelah serangan bertubi-tubi Israel menewaskan sedikitnya 20.000 jiwa warga sipil
Meski begitu, ia mengatakan bahwa cara tercepat untuk mengakhiri konflik adalah dengan menyerahnya Hamas.
“Bagaimana mungkin tidak ada tuntutan yang diajukan kepada pihak agresor dan hanya tuntutan yang diajukan kepada korban. Akan lebih baik jika ada suara internasional yang kuat yang menekan Hamas untuk melakukan apa yang diperlukan untuk mengakhiri hal ini,” ujarnya dikutip Jerusalem Post, Rabu (20/12/2023).
Ditanya soal kemungkinan perdamaian keduanya, Blinken mengatakan bahwa masalah dalam menegosiasikan kesepakatan adalah Hamas. Ia menyebut saat ini Washington masih terus berupaya agar perdamaian kembali tercipta antara keduanya.
“Pertanyaannya adalah apakah mereka bersedia melanjutkan upaya ini. Namun tentu saja ini adalah sesuatu yang akan kami sambut dengan baik, saya tahu bahwa Israel akan menyambutnya dan dunia akan menyambutnya, jadi kita akan lihat apa yang mereka pilih untuk dilakukan,” katanya.
Ucapan Blinken sendiri mirip dengan apa yang disampaikan Presiden AS Joe Biden. Ia mengatakan pihaknya tidak memperkirakan kesepakatan pembebasan sandera Israel-Hamas, yang sebelumnya menciptakan gencatan senjata, akan tercapai dalam waktu dekat.
“Saat ini tidak ada harapan bahwa akan ada kesepakatan dalam waktu dekat, namun kami mendorongnya,” paparnya.
2. Warga Gaza keracunan.
Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus pada hari Kamis memperingatkan “campuran penyakit, kelaparan dan kurangnya kebersihan dan sanitasi” yang dihadapi oleh warga di Gaza ketika ia menyerukan gencatan senjata segera dalam perang Israel dengan Hamas.
“Gaza sudah mengalami melonjaknya tingkat wabah penyakit menular. Kasus diare pada anak-anak berusia di bawah 5 tahun mencapai 25 kali lipat dibandingkan sebelum konflik,” katanya.
“Penyakit seperti ini bisa mematikan bagi anak-anak yang kekurangan gizi, terlebih lagi jika layanan kesehatan tidak berfungsi. Kita memerlukan gencatan senjata sekarang.”
Komentar Tedros muncul di tengah seruan berulang kali dari badan-badan PBB agar menghentikan upaya bantuan di Gaza. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres pada hari Kamis memperingatkan bahwa pertempuran sengit menghambat upaya untuk membantu orang-orang di Gaza.
3. Anjing Israel temukan suara sandera di Gaza.
Suara tiga sandera yang secara tidak sengaja dibunuh oleh pasukan Israel terekam kamera GoPro yang dipasang pada seekor anjing militer milik IDF lima hari sebelum mereka ditembak.
“Video tersebut, yang ditemukan oleh pasukan Israel pada hari Selasa, menunjukkan rekaman itu terjadi selama baku tembak antara pasukan Israel dan militan Hamas di sebuah lokasi di mana tiga sandera ditahan,” kata Laksamana Muda Daniel Hagari pada konferensi pers hariannya.
“Para militan yang menyandera ketiga sandera tersebut tewas dalam pertempuran tersebut, yang tampaknya membuat para sandera melarikan diri.”
4. Israel terus tekan Khan Younis.
Perintah militer Israel untuk mengevakuasi wilayah yang mencakup sekitar 20% wilayah tengah dan selatan Khan Younis telah memicu ketakutan di kalangan warga sipil di selatan akan perluasan lebih lanjut operasi militer Israel.
“Sejumlah besar orang akan terkena dampak perintah ini dan akhirnya menjadi pengungsi,” kata Hani Mahmoud dari Al Jazeera, melaporkan dari Khan Younis.
“Bagian tengah (Khan Younis) adalah jantung kota dengan fasilitas umum utama, termasuk bagian dari pusat operasi Kementerian Kesehatan, rumah sakit Nasser, rumah sakit lapangan Yordania dan sebagian besar bangunan tempat tinggalnya,” tambahnya.
5. Hamas tolak proposal perdamaian.
Sebuah laporan oleh The Wall Street Journal yang mengutip para pejabat Mesir mengatakan Hamas telah menolak tawaran Israel untuk menghentikan pertempuran selama satu minggu dengan imbalan puluhan tawanan.
Ismail Haniyeh, kepala biro politik Hamas, mengatakan kepada pejabat intelijen di Kairo selama kunjungannya pada hari Rabu bahwa ia berada di ibu kota Mesir untuk mendapatkan gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan tambahan untuk Gaza.
Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera pada hari Rabu, pejabat Hamas Ghazi Hamad mengatakan “prioritas” kelompoknya adalah menghentikan perang.
“Visi kami sangat jelas: Kami ingin menghentikan agresi,” katanya. “Apa yang terjadi di lapangan adalah bencana besar,” tambah Hamad, merujuk pada “penghancuran massal dan pembunuhan massal” yang disebabkan oleh serangan Israel di Gaza.
Anggota biro politik Hamas mengatakan “beberapa orang” menginginkan jeda dalam pertempuran selama beberapa hari atau minggu, namun menambahkan bahwa kelompok tersebut tidak akan menyetujui hal tersebut.
“Israel akan mengambil peran para sandera dan setelah itu, mereka akan memulai babak baru pembunuhan massal dan pembunuhan terhadap rakyat kami,” katanya. “Kami tidak akan memainkan permainan ini.”
6. Israel mulai selesaikan operasi Gaza Utara
Militer Israel sedang dalam tahap akhir serangan daratnya di Jalur Gaza utara. Hal ini disampaikan juru bicaranya, Laksamana Muda Daniel Hagari.
Seperti dilansir Times of Israel, ia mengatakan dalam sebuah pengarahan bahwa militer Israel kini mulai memerangi Hamas di lingkungan Daraj dan Tuffah di Kota Gaza, setelah membubarkan batalyon Hamas di utara.
Dia juga mengatakan bahwa jaringan terowongan yang dilaporkan ditemukan di bawah Lapangan Palestina di Kota Gaza adalah tempat “anggota senior Hamas mengatur pertempuran pada 7 Oktober”.
7. Meta disebut bungkam suara Palestina
Dalam sebuah laporan baru, Human Rights Watch (HRW) mengatakan bahwa Meta secara sistematis menyensor konten tentang Palestina di Instagram dan Facebook.
“Sensor yang dilakukan Meta semakin menghapuskan penderitaan warga Palestina,” kata Deborah Brown dari HRW saat laporan tersebut dirilis.
Organisasi hak asasi manusia terkemuka mengatakan mereka meninjau 1.050 kasus sensor online dan menemukan enam kategori besar:
– Penghapusan konten
– Penangguhan atau penghapusan akun
– Ketidakmampuan untuk terlibat dengan konten
– Ketidakmampuan untuk mengikuti atau menandai akun
– Pembatasan penggunaan fitur seperti Instagram/Facebook Live
– “Shadow banning”, artinya penurunan visibilitas secara signifikan tanpa memberi tahu pemegang akun
Artikel Selanjutnya
Potret Miris Gaza Palestina, Krisis Air karena Blokade Israel
(pgr/pgr)