Jakarta, CNBC Indonesia – Pemberitaan pembakaran Al-Qur’an di Eropa menjadi salah satu berita terpopuler CNBC Indonesia selama 2023. Ini setidaknya terjadi hampir sepanjang tahun dari Januari hingga Juli dan Agustus
Berikut rangkumannya:
Rasmus Paludan
Kejadian awal dilakukan Rasmus Paludan, pemimpin partai politik sayap kanan Denmark Garis Keras, 21Januari. Ia membakar kitab suci umat Muslim itu dalam demonstrasi yang terjadi di Stockholm, Swedia.
Itu terjadi karena protes terhadap Turki yang menolak Swedia bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) kala itu. Swedia ingin masuk NATO karena ancaman yang meningkat seiring pecahnya perang Rusia-Ukraina.
Mengutip Reuters, kejadian pembakaran Al-Qur’an oleh Rasmus Paludan ini bukan yang pertama kali, ternyata Paludan, yang juga berkewarganegaraan Swedia itu juga pernah menggelar sejumlah demonstrasi di masa lalu di mana dia juga membakar Al-Quran. Kejadian tersebut memicu kemarahan banyak negara termasuk diantaranya adalah Turki sendiri.
“Kami mengutuk sekeras mungkin serangan keji terhadap Kitab Suci kami … Mengizinkan tindakan anti-Islam ini, yang menargetkan umat Islam dan menghina nilai-nilai suci kami, dengan kedok kebebasan berekspresi yang sepenuhnya tak bisa diterima,” demikian pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Turki.
Kementerian Turki pun mendesak Swedia untuk mengambil tindakan yang diperlukan terhadap para pelaku. Termasuk mengundang semua negara untuk mengambil langkah nyata melawan Islamofobia.
Beberapa negara Arab termasuk Arab Saudi, Yordania dan Kuwait mengecam pembakaran Al-Qur’an. “Arab Saudi menyerukan untuk menyebarkan nilai-nilai dialog, toleransi, dan hidup berdampingan, serta menolak kebencian dan ekstremisme,” kata Kementerian Luar Negeri Saudi dalam sebuah pernyataan.
Diketahui selain Swedia, Paludan juga melakukan aksi yang sama di Denmark. Latar belakang hal ini juga sama, karena Turki membendung Swedia masuk NATO.
Salwan Momika
Selain Paludan, pembakaran Al-Qur’an juga dilakukan pria asal Swedia-Irak, Salwan Momika. Pada Juli, ia menginjak-injak Al-Qur’an di depan Kedutaan Irak di Stockholm.
Mengutip Times of Israel, pria 37 tahun itu menginjak-injak dan menendang Al-Qur’an. Namun, ia meninggalkan aksi tanpa membakar kitab suci tersebut seperti yang ia lakukan sebulan lalu.
Aksi ini pun mengundang reaksi panas dari Irak. Pemerintah Baghdad pun telah mengusir seluruh diplomat Swedia dari negara itu akibat aksi Salwan yang disebut mendapatkan izin dari otoritas Kepolisian Stockholm.
“Keputusan itu dipicu oleh izin berulang kali dari pemerintah Swedia untuk membakar Al-Qur’an, menghina kesucian Islam dan membakar bendera Irak,” ujar keterangan tertulis Perdana Menteri Mohamed Shia al-Sudani.
Salwan bernama lengkap Salwan Sabah Matti Momika. Ia merupakan pengungsi Irak yang bermigrasi ke Swedia sekitar lima tahun lalu.
Pria itu melarikan diri dari Irak ke Swedia beberapa tahun lalu dan tinggal di kota Järna di Södertälje, Stockholm County. Salwan hingga kini masih warga negara Irak.
Pada Hari Raya Idul Adha 28 Juni, Salwan pun ternyata menggunakan izin yang telah disetujui sebelumnya dari pejabat kota Stockholm untuk membakar halaman-halaman Al-Qur’an di luar masjid pusat kota.
Aksi itu menimbulkan sejumlah reaksi dari negara-negara termasuk Amerika Serikat (AS), Yordania, Iran, dan Uni Emirat Arab (UEA). Mereka menyatakan rasa marah akibat serangkaian pembakaran Alquran yang terus berlanjut di negeri itu.
Patriot Denmark
Pembakaran Al-Qur’an juga dilakukan dua warga Denmark yang menamakan diri Danske Patrioter (Patriot Denmark) di Kopenhagen. Mereka menginjak Al-Qur’an pada Juli, dan membakarnya di nampan kertas timah di samping bendera Irak yang tergeletak di tanah.
Ini dilakukan pasca kelompok sayap kanan ultra-nasionalis Denmark mengadakan demonstrasi serupa minggu lalu dan menyiarkan langsung acara tersebut di Facebook. Pembakaran tak hanya terjadi sekali, di mana hal yang sama juga terjadi Agustus di depan Kedutaan Besar Republik Indonesia (Kedubes RI) di Kopenhagen.
Perlu diketahui, Danske Patrioter sendiri adalah kelompok yang mengakomodir warga Denmark anti-Islam. Mereka menentang masuknya Muslim ke negara itu.
Ide-ide anti-Islam diusung melalui berbagai demonstrasi. Sikap itu pun mereka tunjukkan di berbagai akun media sosial.
Pembakaran Al-Quran menjadi salah satu bentuk protes kelompok ini. Mereka kerap melakukannya di depan sejumlah kedutaan besar negara Muslim, bukan Hanna RI tapi juga Aljazair dan Maroko.
Kelompok Anti-Muslim Belanda
Peristiwa penistaan baru lain terjadi Agustus. Kali ini dilakukan kelompok anti-Muslim Pegida (Patriotik Eropa Melawan Islamisasi Barat) di depan Kedutaan Besar Indonesia, Turki, dan Pakistan di Den Haag, Belanda.
Pemimpin Pegida di negara tersebut, Edwin Wagensveld, merobek dan melemparkan halaman-halaman Al-Qur’an ke tanah. Dia juga meminta salinan Al-Qur’an yang telah dirusak bulan lalu dan disimpan di Kedubes Turki.
Artikel Selanjutnya
Al-Qur’an Dibakar 3 Hari Berturut-turut, Denmark Mulai Chaos!
(sef/sef)