Jakarta, CNBC Indonesia – Di tengah voting resolusi perang Israel-Palestina di Dewan Keamanan PBB yang mayoritas menyerukan gencatan senjata, pasukan pertahanan Israel justru dilaporkan terus menggempur Jalur Gaza, dari utara hingga selatan pada hari ini, Sabtu (9/12/2023) waktu setempat.
Gempuran itu terjadi setelah Amerika Serikat menggunakan hak veto Dewan Keamanan PBB untuk melindungi sekutunya tersebut dari permintaan global untuk gencatan senjata. 13 negara yang voting dalam dewan keamanan PBB memilih untuk gencatan senjata. Sementara itu Inggris abstain.
Sejak gencatan senjata berakhir pekan lalu, Israel telah memperluas serangannya melalui darat ke bagian selatan Jalur Gaza dengan meluncurkan penyerbuan kota selatan utama Khan Younis. Secara bersamaan, antara IDF dan Hamas telah meningkatkan tensi pertempuran di utara Gaza.
Berdasarkan laporan Reuters, warga Khan Younis mengatakan pasukan Israel hari ini telah memerintahkan orang-orang keluar dari distrik lain di sebelah barat wilayah yang diserbu Israel awal pekan ini, menunjukkan serangan lebih lanjut bisa segera terjadi.
Sebagian besar dari total 2,3 juta penduduk Gaza telah dipaksa meninggalkan rumah mereka, banyak yang melarikan diri beberapa kali. Dengan pertempuran berkecamuk di setiap wilayah, penduduk dan organisasi-organisasi di bawah PBB mengatakan sekarang tidak ada tempat yang aman untuk pergi, meskipun Israel membantah hal ini.
Israel telah memblokir warga Gaza untuk melarikan diri di sepanjang rute utara-selatan, dan malah mendorong mereka menuju pantai Mediterania.
Di Khan Younis, orang mati dan terluka tiba sepanjang malam lalu di rumah sakit Nasser. Seorang petugas medis berlari keluar dari ambulans, membopong tubuh lemas seorang gadis kecil dengan setelan olahraga merah muda.
Di dalam rumah sakit, anak-anak yang terluka meratap dan menggeliat di lantai ubin ketika perawat berlari untuk menghibur mereka. Di luar, mayat-mayat berbaris dalam kain kafan putih.
Sebuah rumah di kota itu dilalap api yang menderu setelah dihantam roket semalaman.
Zainab Khalil, 57, mengungsi dengan 30 kerabat dan teman-temannya di Khan Younis sebelah barat posisi Israel, mengatakan pasukan IDF telah memerintahkan orang-orang di jalan Jalal terdekat untuk pergi, “jadi mungkin masalah waktu sebelum mereka bertindak terhadap daerah kami juga. Kami telah mendengar pemboman sepanjang malam,” katanya dikutip Reuters, Sabtu.
“Kami tidak tidur di malam hari, kami tetap terjaga, kami mencoba menidurkan anak-anak dan kami begadang karena takut tempat itu akan dibom dan kami harus berlari membawa anak-anak keluar. Pada siang hari dimulai tragedi lain, dan itu adalah bagaimana cara kami memberi makan anak-anak?”
Nassar dan rumah sakit selatan lainnya, al Aqsa di Deir al-Ballah, melaporkan 133 orang tewas dan 259 terluka di antara mereka dalam 24 jam terakhir, meningkatkan jumlah korban resmi hampir 17.500, dengan ribuan lainnya hilang dan diduga tewas.
Tidak ada angka baru pada hari Sabtu untuk korban tewas dan terluka dari bagian lain Gaza, termasuk seluruh bagian utara, di mana rumah sakit telah berhenti berfungsi dan ambulans sering tidak dapat lagi menjangkau orang mati.
“Kami percaya jumlah martir di bawah puing-puing mungkin lebih besar daripada yang diterima di rumah sakit,” kata juru bicara kementerian kesehatan Ashraf al-Qidra kepada Reuters.
Pertempuran di utara telah menjadi yang paling intens di beberapa bagian Kota Gaza dan permukiman di tepi utara, di mana ledakan besar bisa dilihat dari seberang pagar di Israel.
“Kami memohon kepada Palang Merah dan darurat sipil untuk segera pergi ke rumah Attallah. Orang-orang terkepung di dalam rumah mereka di jalan Jala di Kota Gaza, dekat gedung Zaharna. Rumah itu terbakar,” tulis anggota keluarga Attallah warga Gaza Utara.
Artikel Selanjutnya
Sekolah di Gaza Dibom Saat Menlu AS-Pemimpin Arab Mau Bertemu
(dce)