Ayah Bunda Hindari Lakukan Ini Saat Anak Sukses Ujian

Jakarta, CNBC Indonesia – Saat ini remaja di banyak negara rentan mengalami stres yang lebih parah dibandingkan sebelumnya dan menyebabkan kesehatan mental mereka terganggu. Salah satunya, akibat pujian yang diberikan saat anak baru saja meraih suatu prestasi  hingga kemudian menambah beban bagi anak. 

Jurnalis pemenang penghargaan sekaligus peneliti parenting Jennifer Breheny Wallace menyebut pola asuh beracun atau toxic yang dilakukan para orang tua menjadi salah satu alasan penyebab stres pada remaja.

“Orang tua harus menghindari memberikan tekanan yang lebih besar kepada anak,” kata Wallace, seperti dikutip CNBC International, dikutip Sabtu (25/11/2023).

Menurut Wallace, banyak orang tua khawatir tentang bagaimana anak menghadapi peristiwa yang terjadi di hidupnya, seperti ujian besar atau lolos dalam tim olahraga sekolah. Orang tua disebut berisiko menambah kecemasan anak remaja dengan mengajukan pertanyaan menyelidik segera setelah mereka mengalami peristiwa kehidupan tersebut.

Penulis buku “Never Enough: When Achievement Pressure Becomes Toxic – and What We Can Do About It” ini menyebut ada banyak cara agar orang tua tidak menjadi toxic bagi anak-anak mereka.

Cara berbicara dengan anak lewat cara yang sehat

Wallace berbicara dengan psikolog yang bersikukuh bahwa orang tua dapat menyebarkan kecemasan mereka kepada anak-anak mereka, melalui proses yang disebut penularan emosional.

Dia belajar bahwa terlalu fokus pada prestasi anak Anda juga dapat mengirimkan pesan yang berpotensi membahayakan, nilai mereka bergantung pada kinerja mereka.

“Terlalu fokus pada kinerja anak Anda, seperti memberi selamat atas nilai yang tinggi daripada memuji usahanya, adalah contoh budaya berprestasi menjadi racun,” kata Wallace.

“Yang saya maksud dengan hal ini adalah ketika kesadaran diri kita terjerat dalam pencapaian kita, kita tidak dapat memisahkan diri kita sendiri – nilai yang melekat pada diri kita – dari pencapaian eksternal atau kegagalan eksternal.”

Wallace mengatakan, siswa yang paling berjuang melawan kecemasan adalah “anak-anak yang merasa nilai mereka sebagai pribadi bergantung pada kinerja mereka” di sekolah atau aktivitas lainnya.

Itu artinya orang tua tidak boleh memaksakan anak, atau ingin tahu bagaimana kinerja mereka dalam ujian yang sulit. Mengutip psikoterapis Tina Payne Bryson, Wallace mengatakan hindari membingkai sebagian besar percakapan Anda seputar nilai atau hasil spesifik pencapaian lainnya.

Secara khusus, Wallace menyebut saran psikolog yang dia wawancarai, yang menyarankan untuk membatasi percakapan yang berpotensi membuat stres dengan anak-anak.

“Jika (anak saya) ingin mengungkitnya, tidak apa-apa,” kata Wallace. “Tetapi dari sudut pandang saya, sebagai orang tua, saya menunggu dan menahan pikiran saya sampai akhir pekan…. Saya ingin menikmati tahun terakhir anak saya tinggal di rumah dan saya tidak ingin hal itu dipenuhi dengan percakapan yang menegangkan tentang kuliah. “

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Ayah-Bunda Ingat, Haram Katakan Empat Kalimat Ini ke Anak


(dce) 

Updated: November 25, 2023 — 2:20 pm

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *