Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Negara Indonesia (BBNI) mengungkapkan pertumbuhan tabungan atau dana pihak ketiga (DPK) perusahaan masih di atas rata-rata industri.
Direktur Bank BNI Mucharom menyebutkan per September 2023, DPK BBNI tumbuh 9,1% secara tahunan dan masih di atas rerata pertumbuhan DPK industri 6,4% pada periode yang sama.
Meski demikian, dirinya tidak menampik adanya permasalahan likuiditas yang terjadi secara luas di industri perbankan RI.
Sebelumnya Bank Indonesia mengungkapkan kredit perbankan tumbuh melambat sebesar 3,43% pada Oktober (yoy), dari bulan sebelumnya 6,4%.
“Hal ini menunjukkan bahwa memang secara umum situasi likuiditas itu mengetat,” jelas Mucharom dalam paparan publik Bank BNI Senin (27/11/2023).
Mucharom juga mengungkapkan bahwa rasio kredit terhadap pinjaman (loan to deposit/LDR) terjaga di level sehat 90,1%.
“Hal ini kami capai karena memang strategi BNI dalam membangun buffer likuiditas yang sehat, terutama dalam mengantisipasi kondisi makro ekonomi yang memang kurang favorable di akhir-akhir ini,” terang Mucharom.
Dirinya menambahkan saat ini likuiditas rupiah disebabkan oleh pengetatan kebijakan moneter dan fiskal dalam rangka stabilitas nilai tukar rupiah. Sementara untuk valuta asing dia menyebut ikut dipengaruhi oleh faktor lain.
“Untuk likuiditas valas, khususnya dolar AS, kelangkaan terjadi dipengaruhi oleh mahalnya ekspor komoditas dan juga arus keluar asing dari pasar obligasi,” jelas Mucharom.
Dirinya juga menyebut untuk rilis kinerja Oktober yang akan dipublikasi pekan ini, Bank BNI melihat adanya perlambatan DPK namun tidak berdampak pada penyaluran kredit. Bank BNI juga disebut terus memperkuat kapabilitas digital dan sejumlah strategi lain untuk menjaga pertumbuhan DPK yang tetap sehat.
Artikel Selanjutnya
Bos BNI Buka-bukaan Soal Penyebab Kredit Perbankan Lesu
(fsd/fsd)