Era Suku Bunga Tinggi Akan Berakhir, 6 Saham Properti Moncer

Jakarta, CNBC Indonesia – Beberapa emiten properti terpantau menghijau pada perdagangan sesi II Senin (18/12/2023), ditopang oleh prospek berakhirnya era suku bunga tinggi pada tahun depan sehingga hal ini dapat menguntungkan emiten properti.

Hingga pukul 14:09 WIB, enam saham properti terpantau menguat dengan tiga saham sudah berhasil melesat lebih dari 1% sedangkan tiga lainnya menguat di bawah 1%.

Berikut pergerakan saham properti pada perdagangan sesi II hari ini.

Saham
Kode Saham
Harga Terakhir
Perubahan
Pakuwon Jati
PWON
430
1,90%
Summarecon Agung
SMRA
570
1,79%
Modernland Realty
MDLN
62
1,64%
Surya Semesta Internusa
SSIA
424
0,95%
Puradelta Lestari
DMAS
163
0,62%
Ciputra Development
CTRA
1.155
0,43%

Sumber: RTI

Saham PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) memimpin penguatan enam saham properti pada sesi II hari ini, yakni melonjak 1,9% ke posisi Rp 430/saham.

Sedangkan saham PT Ciputra Development Tbk (CTRA) menjadi saham properti yang paling minor penguatannya yakni menguat 0,43% menjadi Rp 1.155/saham.

Saham properti diketahui sudah mulai bangkit dalam beberapa hari terakhir. Bangkitnya saham properti terjadi di tengah prospek berakhirnya era suku bunga tinggi pada tahun depan sehingga hal ini dapat menguntungkan emiten properti.

Pergerakan harga saham emiten properti berbanding terbalik dengan outlooksuku bunga, karena biasanya harga saham properti selalu naik ketika suku bunga telah mencapai puncak atau mulai dipangkas.

Saham properti tentunya sensitif dengan tingkat suku bunga, alias saham properti berbanding terbalik dengan tingkat suku bunga, sehingga jika ada prospek bahwa suku bunga sudah mulai dipangkas, maka saham properti cenderung bangkit.

Ada alasan lain yakni jika suku bunga acuan mulai rendah, maka tingkat suku bunga kredit juga diprediksi menurun dan hal ini tentunya jadi kabar baik bagi emiten properti karena kredit pemilikan rumah (KPR) dapat disalurkan dengan mudah akibat tingkat suku bunga yang sudah relatif rendah.

Sebelumnya pada Kamis lalu tepatnya dini hari waktu Indonesia, bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk menahan kembali suku bunga acuannya di level 5,25%-5,5%. Namun, The Fed mengindikasikan akan memangkas suku bunga acuannya setidaknya mulai pertengahan tahun depan.

Chairman The Fed, Jerome Powell mengatakan jika ekonomi sudah berjalan normal dan The Fed tidak perlu lagi mengetatkan kebijakan suku bunga sejatinya masih menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan RI.

Apalagi terdapat 17 anggota memperkirakan pemangkasan suku bunga tahun depan sementara hanya dua yang memperkirakan tidak ada penurunan suku bunga. Tidak ada anggota FOMC yang memperkirakan suku bunga akan naik tahun depan.

Selain itu, sektor properti belakangan ini juga mendapat katalis positif dari insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) pada November 2023 – Desember 2024. Insentif ini akan mendorong kinerja marketing sales atau prapenjualan dari emiten properti.

Adapun insentif serupa pernah dilakukan pemerintah pada aret 2021 hingga September 2022. Terbukti, kebijakan pemerintah itu berhasil mendorongmarketing salesSMRA, PWON, CTRA, dan BSDE dengan pertumbuhan rata-rata mencapai 19,7% (year-on-year/yoy) selama periode Januari-September 2022 dibandingkan periode sama tahun ini yang hanya tumbuh 1,4% (yoy).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Pandu Sjahrir Ogah Investasi Properti Di RI, Ini Alasannya


(chd/chd) 

Updated: Desember 18, 2023 — 7:24 am

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *