Jakarta, CNBC Indonesia – Prestasi luar biasa PT PLN (Persero) dalam mengembangkan pabrik hidrogen hijau, atau yang dikenal sebagai Green Hydrogen Plant (GHP), akan membawa keuntungan besar untuk Indonesia. Inisiatif ini berhasil menghasilkan 199 ton hidrogen hijau per tahun, yang memungkinkan Indonesia menjadi salah satu dari 10 besar negara produsen hidrogen hijau terbesar di dunia.
Keberhasilan ini tidak hanya menjadi pencapaian gemilang perusahaan, tetapi juga sejalan dengan visi pemerintah untuk mencapai Indonesia bebas karbon atau Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
Bagaimana Hidrogen Hijau Terbentuk?
Teknologi yang digunakan dalam produksi energi hidrogen melibatkan pemisahan hidrogen dari oksigen dalam air.
Hidrogen hijau, sebagai sumber energi terbarukan, memiliki keunggulan karena tidak menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2) yang dapat merugikan atmosfer. Menurut data International Energy Agency (IEA), metode produksi hidrogen hijau ini dapat menghemat hingga 830 juta ton CO2 yang biasanya dikeluarkan setiap tahun.
Proses produksi hidrogen hijau melibatkan elektrolisis dari sumber terbarukan, di mana molekul air (H2O) diuraikan menjadi oksigen (O2) dan hidrogen (H2). Meski hidrogen hijau menawarkan potensi besar sebagai sumber energi ramah lingkungan, tantangan utamanya adalah biaya produksi yang tinggi.
Namun, prospek masa depan energi hidrogen tetap menarik untuk dipertimbangkan. Hidrogen, sebagai unsur kimia paling melimpah di alam, memiliki permintaan global yang terus meningkat sejak tahun 1975, mencapai 70 juta ton per tahun pada 2018, menurut catatan IEA.
Hidrogen ramah lingkungan juga diakui sebagai sumber energi bersih yang tidak menghasilkan polusi udara dan tidak meninggalkan residu, seperti halnya batu bara dan minyak.
Selain itu, hidrogen telah menjadi bahan bakar untuk kendaraan, pesawat, dan kapal udara sejak abad ke-19. Seiring dengan dekarbonisasi perekonomian global, peran hidrogen dalam menyokong energi bersih menjadi semakin penting.
Beragamnya jenis hidrogen, tergantung pada proses produksi dan sumbernya, menghasilkan variasi kegunaan dan dampaknya. Hidrogen hijau dianggap sebagai yang paling bersih karena bahan dasarnya dapat diperbarui dan tidak menyebabkan emisi.
Selain itu, jika biaya produksinya dapat turun 50% pada 2030, seperti yang diperkirakan oleh Dewan Hidrogen Dunia, hidrogen hijau dapat menjadi salah satu bahan bakar utama masa depan.
Kelebihan dan Kekurangan Hidrogen Hijau
Dalam konteks ini, Badan Energi Internasional (IEA) menyoroti kelebihan dan kekurangan hidrogen hijau. Kelebihannya meliputi keberlanjutan (tidak mengeluarkan polusi selama produksi dan pembakaran), kemampuan penyimpanan yang baik, dan fleksibilitas penggunaan untuk berbagai tujuan.
Namun, biaya produksi yang tinggi, konsumsi energi yang tinggi, dan masalah keselamatan terkait dengan sifat mudah terbakar dan menguap hidrogen menjadi kekurangannya.
Peran Hidrogen Hijau dalam Energi Bersih
Meski demikian, IEA menyatakan bahwa hidrogen dapat memainkan peran penting dalam masa depan energi bersih. Potensinya melibatkan penggunaan hidrogen hijau dalam sektor generator listrik dan air minum, penyimpanan energi, serta transportasi dan mobilitas.
Misalnya, produksi hidrogen dapat diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pesawat luar angkasa, sementara tangki hidrogen terkompresi dapat menyimpan energi dalam jangka waktu lama. Selain itu, hidrogen hijau dapat digunakan dalam sektor transportasi berat, penerbangan, dan transportasi laut, yang sulit didekarbonisasi dengan mudah.
Beberapa proyek yang sedang berjalan di bidang ini, seperti Hycarus dan Cryoplane yang didukung oleh Uni Eropa (UE), bertujuan untuk mengintegrasikan hidrogen hijau dalam transportasi udara komersil.
Sementara itu, India juga telah berkomitmen untuk mengembangkan kendaraan berbasis hidrogen hijau melalui kebijakan misi hidrogen hijau nasional.
Dalam konteks Indonesia, pengembangan PLN dengan diversifikasi produksi mencakup pemanfaatan 75 ton hidrogen hijau per tahun untuk kebutuhan operasional pembangkit, sementara 124 ton dapat digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk kendaraan.
Total produksi hidrogen hijau oleh PLN mencapai 199 ton per tahun, menunjukkan kontribusi yang signifikan terhadap upaya mencapai Indonesia bebas karbon.
Sebagai gambaran, berikut data 10 negara dengan produksi GHP terbesar dengan perkiraan pertumbuhannya dari berbagai negara di dunia.
Berdasarkan data tersebut, produksi hidrogen hijau PLN mencapai sepertiga atau 33% dari total produksi Australia yang diperkirakan akan menjadi pemimpin hidrogen hijau pada 2030 nanti. Data tersebut menunjukkan Australia memproduksi GHP sebesar 600 ton hidrogen hijau per tahun.
Selain itu, produksi pengembangan 21 GHP PLN telah menempatkan Indonesia berada di posisi ke-8 dunia, jika menggunakan landasan data tersebut. Tentunya, inisiatif pengembangan hidrogen hijau PLN hingga saat ini dapat membawa Indonesia menjadi top 10 negara dengan produksi hidrogen hijau terbesar dunia.
Sebagai kesimpulan, pengembangan pabrik hidrogen hijau oleh PT PLN (Persero) merupakan langkah penting menuju ketahanan energi dan keberlanjutan lingkungan. Keberhasilan Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar hidrogen hijau di dunia tidak hanya menggambarkan prestasi perusahaan, tetapi juga mendukung visi pemerintah untuk mencapai Indonesia bebas karbon pada 2060.
Meskipun tantangan biaya produksi masih ada, prospek masa depan hidrogen hijau sebagai sumber energi bersih yang ramah lingkungan sangat menjanjikan. Dengan terus mengembangkan teknologi dan meningkatkan efisiensi produksi, hidrogen hijau dapat menjadi pilar utama dalam transformasi menuju energi bersih global.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)[Gambas:Video CNBC]