Jakarta, CNBC Indonesia – Hari ini, Sabtu (9/12/2023) dunia memperingati hari Antikorupsi Sedunia atau Hakordia. Peringatan ini merupakan komitmen dunia untuk melawan korupsi. Dampak positif dengan peringatan ini adalah menyatukan pandangan banyak negara mengenai korupsi yang adalah musuh bersama karena dampak buruk yang dihasilkannya.
Korupsi sendiri adalah praktik negatif yang menjadi salah satu permasalahan serius bagi hampir sebagian besar negara di dunia.
Mengutip dari laman Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), korupsi adalah fenomena sosial, politik, dan ekonomi yang kompleks dan terjadi semua negara. PBB menilai, korupsi mampu merusak institusi demokratis, memperlambat perkembangan ekonomi, dan berkontribusi terhadap ketidakstabilan pemerintahan.
Transparency International melakukan penelitian untuk memeringkat negara-negara terkorup berdasarkan penilaian ahli serta opini publik. Hasil dari penelitian tersebut mereka rangkum dalam Corruption Perceptions Index atau Indeks Persepsi Korupsi (CPI).
Indeks Persepsi Korupsi (CPI) tahun 2022 menunjukkan bahwa sebagian besar negara gagal menghentikan korupsi. CPI memeringkat 180 negara dan wilayah di seluruh dunia berdasarkan persepsi tingkat korupsi sektor publiknya, dengan skala 0 (sangat korup) hingga 100 (sangat bersih).
Berdasarkan laporan Transparency 2022, rata-rata global tetap tidak berubah selama lebih dari satu dekade, yaitu hanya 43 dari 100.
Lebih dari dua pertiga negara mendapat skor di bawah 50, sementara 26 negara mengalami penurunan pada skor terendahnya.
Walaupun ada upaya bersama dalam mencapai perubahan positif, faktanya sebanyak 155 negara tidak mencapai kemajuan signifikan dalam memberantas korupsi atau mengalami penurunan sejak tahun 2012.
Korupsi telah menjadi penyebab dan akar masalah utama dari perdamaian global yang memburuk selama 15 tahun kebelakang.
Korupsi yang merajalela melemahkan kemampuan pemerintah untuk melindungi masyarakat dan mengikis kepercayaan masyarakat, sehingga menyebabkan semakin sulitnya mengendalikan ancaman keamanan.
Di sisi lain, konflik menciptakan peluang terjadinya korupsi dan menghambat upaya pemerintah untuk menghentikannya.
Transparency menyebut bahwa negara-negara dengan skor CPI yang tinggi pun turut berperan dalam ancaman korupsi terhadap keamanan global.
‘Selama beberapa dekade, mereka menerima uang kotor dari luar negeri, sehingga memungkinkan para kleptokrat meningkatkan kekayaan, kekuasaan, dan ambisi geopolitik mereka yang merusak,” mengutip laporan CPI Transparency 2022.
Lantas apakah Indonesia termasuk negara paling korup di dunia?
1. Somalia – Skor: 122. Suriah – Skor: 133. Sudan Selatan – Skor: 134. Venezuela – Skor: 145. Yaman – Skor: 166. Libia – Skor: 177. Korea Utara – Skor: 178. Haiti – Skor :179. Guinea Equatorial – Skor: 1710. Burundi – Skor: 1711. Turkmenistan – Skor: 1912. Nikaragua – Skor: 19
Indonesia sendiri memiliki skor CPI 34 dari 100 dan berada di peringkat 110 dari 180 negara yang disurvei.
Skor ini turun 4 poin dari tahun 2021, atau merupakan penurunan paling drastis sejak 1995. Ini bisa dibilang cukup rendah karena skor CPI paling bontot adalah 12.
Indonesia hanya mampu menaikkan skor CPI sebanyak 2 poin dari skor 32 selama satu dekade terakhir sejak tahun 2012.
Situasi Indonesia pada CPI 2022 pun jauh di bawah rata-rata skor CPI di negara Asia-Pasifik yaitu 45.
Sementara posisi Indonesia di Kawasan Asia Tenggara menduduki peringkat 7 dari 11 negara, jauh di bawah sejumlah negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Timor Leste, Vietnam dan Thailand.
Transparency mengatakan skor CPI Indonesia memperlihatkan respon terhadap praktik korupsi masih cenderung berjalan lambat bahkan terus memburuk akibat minimnya dukungan yang nyata dari para pemangku kepentingan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(dce/dce)[Gambas:Video CNBC]