Jakarta, CNBC Indonesia – Laporan mengejutkan datang dari media Amerika Serikat (AS), New York Times (NYT). Disebutkan bahwa para pejabat Israel sebenarnya telah mengetahui rencana serangan Hamas 7 Oktober lebih dari setahun, sebelum serangan terjadi.
Ini berawal dari bocornya dokumen setebal 40 halaman yang diberi nama sandı “Tembok Jericho”. Dipaparkan detil bagaimana perlawanan Hamas akan dilakukan, dan berakhir dengan kematian sekitar 1.200 orang itu.
Dokumen yang diterjemahkan itu tidak memuat resmi tanggal serangan tersebut. Namun menggambarkan serangan metodis yang dirancang untuk menguasai benteng di sekitar Jalur Gaza, mengambil alih kota-kota Israel dan menyerbu pangkalan militer utama.
“Dokumen tersebut menyerukan rentetan roket pada awal serangan, drone untuk melumpuhkan kamera keamanan dan senapan mesin otomatis di sepanjang perbatasan, dan orang-orang bersenjata untuk masuk ke Israel secara massal dengan paralayang, sepeda motor, dan berjalan kaki,” tulis media tersebut.
“Semuanya terjadi pada 7 Oktober,” tambahnya.
Rencana tersebut juga mencakup rincian tentang lokasi dan jumlah pasukan militer Israel. Ada pula pusat komunikasi dan informasi sensitif lainnya, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana Hamas mengumpulkan intelijennya dan apakah ada kebocoran di dalam lembaga keamanan Israel.
“Dokumen tersebut beredar luas di kalangan pemimpin militer dan intelijen Israel, namun para ahli menetapkan bahwa serangan sebesar dan ambisi tersebut berada di luar kemampuan Hamas,” tulis NYT lagi.
“Tidak jelas apakah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu atau para pemimpin politik terkemuka lainnya juga melihat dokumen tersebut,” tambahnya.
Laman yang sama juga menuliskan bagaimana pada bulan Juli 2023- tiga bulan sebelum serangan Hamas- seorang analis veteran di badan intelijen sinyal Israel Unit 8200, memperingatkan bahwa Hamas telah melakukan latihan intensif sepanjang hari yang tampaknya serupa dengan apa yang diuraikan dalam cetak biru itu. Namun seorang kolonel di divisi Gaza, disebut, menepis kekhawatirannya.
“Saya benar-benar membantah skenario ini hanyalah khayalan,” tulis analis tersebut dalam pertukaran email, masih ditinjau laman yang sama.
“Latihan Hamas sepenuhnya sesuai dengan isi Tembok Jericho,” muatnya.
“Itu adalah rencana yang dirancang untuk memulai perang … Ini bukan hanya penggerebekan di desa.”
Para pejabat secara pribadi mengakui bahwa, jika militer menanggapi peringatan ini dengan serius dan mengarahkan bala bantuan yang signifikan ke wilayah selatan, tempat Hamas menyerang, Israel bisa saja meredam serangan atau bahkan mencegahnya. Sebaliknya, militer Israel tidak siap ketika itu terjadi dan membuat sejarah kelam di negeri itu.
“Para pejabat keamanan Israel telah mengakui bahwa mereka gagal melindungi negaranya, dan pemerintah diperkirakan akan membentuk sebuah komisi untuk mempelajari kejadian-kejadian yang mengarah pada serangan tersebut,” muat media tersebut lagi.
“Dokumen Tembok Jericho memperlihatkan serangkaian kesalahan selama bertahun-tahun yang berpuncak pada apa yang kini dianggap para pejabat sebagai kegagalan intelijen Israel, terburuk sejak serangan mendadak yang menyebabkan perang Arab-Israel pada tahun 1973,” jelasnya.
“Yang mendasari semua kegagalan ini adalah sebuah keyakinan yang sangat tidak akurat bahwa Hamas tidak memiliki kemampuan untuk menyerang dan tidak akan berani melakukan hal tersebut,” tambahnya.
“Keyakinan tersebut sudah tertanam dalam diri pemerintah Israel, kata para pejabat, sehingga mereka mengabaikan semakin banyak bukti yang menyatakan sebaliknya.”
Sayangnya, tulisan tersebut tidak memasukan konfirmsi militer Israel dan Badan Keamanan Israel, karena menolak berkomentar. Keduanya bertanggung jawab atas kontraterorisme di Gaza.
Perlu diketahui kejadian 7 Oktober menjadi dasar Israel menyerang Gaza. Wilayah tersebut dikuasai oleh Hamas.
Sebanyak lebih dari 15.000 warga sipil Gaza tewas akibatnya. Di mana korban kebanyakan anak-anak dan wanita.
Artikel Selanjutnya
Hamas Serang Israel, Perang Pecah!
(sef/sef)