Jakarta, CNBC Indonesia – Jumlah miliarder di Hong Kong dan China mengalami peningkatan signifikan. Hal ini diungkap berdasarkan riset terbaru dari perusahaan Swiss, UBS, yang diterbitkan pekan lalu.
Menariknya peningkatan tersebut bukan hanya diperoleh dari kegiatan bisnis saja. Melainkan hal lain yang didapat secara instan.
Apa maksudnya?
Perlu diketahui, hasil riset UBS menemukan fakta ada penambahan jumlah miliarder di seluruh dunia. Menariknya, penambahan ini tidak terjadi berkat jerih payah dalam berbisnis, melainkan dari warisan atau “transfer kekayaan”.
Transfer kekayaan ini rupanya telah menjadi corak baru dalam memupuk kekayaan selama beberapa dekade terakhir yang membuat jumlah miliarder meningkat. Banyak pendiri perusahaan yang sudah menua mulai mewariskan kekayaan dan kerajaan bisnis kepada generasi selanjutnya.
Diprediksi dalam 20-30 tahun ke depan, kekayaan fantastis senilai US$ 5,2 Triliun akan diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya. Salah satu studi kasus terjadi di China dan Hong Kong, atau secara umum di seluruh Asia-Pasifik.
Menurut Ketua UBS Global Wealth Management Asia, Amy Lo, miliarder di Asia-Pasifik mulai mengatur cara-cara transfer kekayaan ke generasi selanjutnya. Hal ini menjadi penting supaya peralihan kekayaan bisa berjalan mulus dan tanpa adanya masalah di kemudian hari.
“Miliarder di Asia-Pasifik semakin mencari strategi yang efektif dan nasehat perencanaan suksesi keluarga untuk membangun hubungan, mendorong pertukaran nilai dan pengalaman antar generasi,” kata Lo, dikutip dari situs UBS, dikutip Selasa (5/12/2023).
Pada akhirnya, langkah ini kemudian mengantarkan pada peningkatan jumlah miliarder di kawasan tersebut. Dalam laporan South China Morning Post awal Agustus, kawasan Asia-Pasifik memiliki jumlah miliarder tertinggi dan proporsi miliarder tertinggi di dunia.
Jumlah mereka melonjak dari 922 menjadi 1.019 orang sementara kekayaan gabungan mereka meningkat sebesar 8,1% menjadi US$ 3,7 triliun. Jika dibedah lebih dalam lagi, pelonjakan tersebut diperoleh secara pesat dari China dan Hong Kong.
Berdasarkan riset UBS, terdapat 76 miliarder baru di China dari sebelumnya 467 menjadi 543 miliarder dengan total harta gabungan US$ 1.860 miliar. Sedangkan di Hong Kong, terjadi penambahan 9 miliarder baru yang membuat total miliarder di sana menjadi 69 orang dengan kekayaan gabungan sebesar US$ 321,5 miliar.
Dari jumlah tersebut, 98% miliarder China dan 64,7% miliarder Hong Kong memperoleh kekayaan dari kegiatan bisnis. Lalu, bagaimana sisanya?
Tentu saja sisanya menjadi kaya berkat warisan. Mereka yang mendapat kekayaan dari warisan ini, baik di dua wilayah itu atau dunia, kelak disebut sebagai generasi ultra-kaya.
Dalam ramalan UBS, generasi ultra-kaya ini juga nantinya memiliki corak pengelolaan uang berbeda dibanding generasi sebelumnya. Tentu ini didasari karena ada peluang dan tantangan berbeda atas situasi ekonomi saat ini dan masa depan.
Para pendahulu lebih menyukai investasi pendapatan tetap dan kerap berdonasi. Sementara generasi penerus ini, lebih suka investasi di ekuitas swasta dan cenderung berpikir dua kali untuk menjadi filantropis.
Artikel Selanjutnya
Belajar Cuan Rp 1,5 M dari Sosok Ini, Dulunya Putus Sekolah
(mfa/sef)