Terungkap! Biang Kerok Munculnya ‘Kota Hantu’ di Malaysia

Jakarta, CNBC Indonesia – Dibangun di sepanjang pantai selatan negara bagian Johor Malaysia, Forest City menawarkan apartemen bertingkat tinggi yang menghadap ke Singapura. Hunian ini cocok bagi warga negara China yang memimpikan rumah mewah di pulau tropis.

Sayangnya, kota metropolitan futuristik seluas 2.833 hektar (7.000 hektar) yang dikembangkan oleh raksasa properti asal China, Country Garden ini kini terpuruk karena terhambat oleh pengendalian ekonomi, politik lokal, hingga pandemi Covid-19.

Resmi diluncurkan pada 2016, proyek yang direncanakan senilai US$100 miliar ini menyaksikan peningkatan properti mewah karena pihak berwenang memberikannya status bebas bea dan keringanan pajak untuk membuatnya menarik bagi pembeli China daratan.

Konsultan properti KGV International, Samuel Tan, mengatakan tingginya proporsi kepemilikan asing telah menghambat peluang kesuksesan Forest City.

“Setiap proyek yang mayoritas terdiri dari lebih dari 40 persen warga asing pasti akan gagal,” katanya, seperti dikutip Al Jazeera. “(Ini) karena mereka tidak datang ke sini, mereka tidak menempati (properti) di sini, mereka tidak mengeluarkan uang di sini.”

Dia mengatakan pengembang proyek tersebut perlu menarik warga Malaysia atau Singapura.

Forest City memperkirakan bahwa 80 persen dari 9.000 penduduk kota ini adalah penyewa, sebagian besar bekerja di Singapura atau pelabuhan kontainer terdekat di Johor, sementara sisanya adalah pemilik rumah.

Terletak di Selat Johor dengan pemandangan perbatasan Singapura hanya berjarak 20 menit berkendara, Forest City seharusnya memiliki populasi 700.000 orang di empat pulau reklamasi pada tahun 2035.

Namun pembatasan yang dilakukan China terhadap aliran modal ke luar negeri dan pembatasan perbatasan yang ketat selama tiga tahun akibat pandemi menyebabkan berkurangnya permintaan dan hanya 700 hektar lahan, atau 10% dari total proyek, yang telah selesai.

Keraguan meningkat ketika mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan pada tahun 2018 bahwa orang asing tidak akan diberikan visa untuk tinggal di sana.

Dalam upaya untuk meningkatkan kawasan tersebut, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim pada Agustus mengumumkan zona keuangan khusus di Forest City dengan insentif termasuk visa masuk ganda, dan tarif pajak penghasilan khusus.

Ia bergabung dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada Oktober untuk mengumumkan zona ekonomi khusus Johor-Singapura, dengan nota kesepahaman yang akan ditandatangani oleh kedua negara pada Januari.

Namun terlepas dari inisiatif tersebut, Forest City menghadapi masa depan yang tidak pasti karena pengembang properti di China bergulat dengan utang yang semakin besar di tengah krisis perumahan nasional.

Forest City 60% dimiliki oleh Country Garden, dan sisanya dipegang oleh perusahaan lokal yang saham pengendalinya dimiliki oleh penguasa negara bagian Johor yang berpengaruh, Sultan Ibrahim Sultan Iskandar, yang akan menjadi raja negara tersebut pada Januari.

Dengan total kewajiban senilai US$186 miliar, Country Garden gagal melakukan pembayaran bunga senilai US$15,4 juta atas obligasi dolarnya pada Oktober. Sahamnya telah kehilangan lebih dari dua pertiga nilainya tahun ini.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Potret Proyek Malaysia Terancam Jadi “Korban” Properti China


(luc/luc) 

Updated: November 23, 2023 — 1:10 pm

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *