Jakarta, CNBC Indonesia – Saham-saham AS naik pada hari Senin (18/12/2023) setelah tiga indeks utama mencatat kenaikan ketujuh berturut-turut.
Kenaikan beruntun S&P 500 menandai rangkaian kenaikan mingguan terpanjang sejak 2017. Indeks pasar secara luas naik 3,3% untuk bulan ini, sedangkan Dow dan Nasdaq masing-masing menguat 3,8% dan 4,1%. Dow juga mencatat rekor intraday pada hari Jumat, dan Nasdaq 100 mencatatkan penutupan tertinggi baru.
Sentimen investor berubah positif minggu lalu setelah bank sentral AS (The Fed) mengindikasikan tiga penurunan suku bunga jangka pendek diperkirakan terjadi pada tahun 2024 di tengah menurunnya inflasi.
“Melambatnya inflasi, ekspektasi pertumbuhan yang rendah, dan momentum pertumbuhan yang utuh merupakan kombinasi yang hebat dari perspektif pasar. Kami telah berulang kali berargumen bahwa ini adalah latar belakang yang sama seperti yang terjadi pada Goldilocks,” tulis kepala strategi multi-aset HSBC Max Kettner dalam catatannya pada hari Jumat.
Namun Kettner mencatat bahwa pertumbuhan jangka pendek dan ekspektasi pendapatan di AS masih lemah. Kenaikan beruntun saat ini tampaknya mirip dengan reli pasar pada tahun 2017-2018, tambahnya, di mana sentimen bullish secara umum digantikan oleh kekecewaan pada bulan Januari “dengan meningkatnya volatilitas pasar ekuitas.”
“Jadi untuk pertama kalinya di semester II, kami mulai mewaspadai momentum positif. Mungkin lebih bijaksana untuk memulai tahun 2024 dengan lebih berhati-hati,” kata Kettner.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Artikel Selanjutnya
Di Luar Dugaan! Inflasi AS Memanas, Wall Street Dibuka Hijau
(rev/rev)